Monday, March 21, 2011

Jika Allah Menghendaki

Palestina - Dahulu kala, tidak jauh dari sini hiduplah seorang pria yang tidak patuh menjalankan ajaran agama. Sepanjang hidupnya dia tidak pernah shalat atau puasa. Bahkan, dia tidak pernah menyebut nama Allah atau mengatakan "Insya Allah (jika Allah menghenadaki)" sebelum melakukan sesuatu. Jika hari terang dia membajak dan mencangkul ladangnya dan jika hujan turun dia bekerja dengan perkakas tenunnya.

Suatu malam dia berkata, "Ya istriku, tampaknya cuaca akan cerah. Kukira aku akan menyelesaikan tugasku menanam benih. Pastikan biji-biji itu sudah siap dan disediakan setangkap roti dan segenggam buah ara kering di dalam kantung kulitku. Aku ingin berangkat lebih awal."

"sabbah
Rabbah
Mulailah tugasmu hari ini
Dan dapatkan limpahan rezeki!"

sahut istrinya, "tapi mari kita lihat apa yang akan terjadi besok."

"Tidak perlu bertanya soal itu," kata suaminya. "Jika hari terang aku akan membajak dan jika hujan aku akan menyelesaikan mantel yang telah terpasang di perkakas pintalku."

"Sekali saja, ya suamiku, katakanlah jika Allah menghendaki.'"

"Jika Allah menghendaki atau jika Allah tidak menhendaki, cuaca akan terang atau hujan akan turun besok. Jika terang aku akan membajak dan jika hujan aku akan menyelesaikan tenunanku." Nah, perempuan itu mengambilkan biji-biji untuk ditanam dan membuat adonan. Lalu dia dan suaminya berbaring dan tidur.

Sebelum fajar menyingsing keesokan harinya, sang istri telah bangun. Dia baru saja hendak memanggang roti ketika seseorang mengetuk pintu dengan keras. Suaminya membuka pintu dan mendapati seorang prajurit Turki di depannya. "Allah yang Maha Kuasa dan Maha Pelindung! Apa yang kita hadapi ini?" tanya si tukang tenun.

"Apakah kamu Abu Hasan?" tanya prajurit. Pria itu membenarkannya.

"Kalau begitu melangkahlah keluar. Kamu harus mengantarku berjalan ke kota. Aku tidak tahu bagaimana bisa sampai di sana sendiri." kata prajurit.

"Tapi, Tuan, hari ini aku sibuk. Aku tidak punya waktu untuk......."

"Sibuk atau tidak sibuk, berjalanlah di depan."

Pria itu sudah mau menolak ketika si prajurit memukulnya beberapa kali untuk memaksanya cepat-cepat melakukan perintahnya. Maka dia mengencangkan ikat pinggangnya dan berjalan di depan orang Turki itu bagaikan seekor anjing pemburu saluki. Tanpa berhenti atau bicara, mereka terus berjalan hingga tiba di kota.
"Semoga Allah melindungimu hingga selamat sampai di rumah, kawanku," kata prajurit.

Pria itu berbalik dan di bawah siraman hujan memulai perjalanan yang jauh untuk pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, hari sudah gelap. Dia menggedor-gedor pintu, dan istrinya berseru, "Siapa itu?"
"Buka pintu, istriku! Ini aku, jika Allah menghendaki, suamimu, jika Allah menghendaki!" 

(Kisah-kisah Fantastis dari Negeri 1001 Malam, Inea Bushnaq) 

0 komentar:

Post a Comment

Artikel Terakhir