Monday, March 21, 2011

Allah Mengatur

Irak - Suatu kali seorang pria pergi shalat ke masjid. Dia melepaskan sepatunya dan bersiap hendak mengambil air di jajaran pancuran tempat orang-orang biasa berwudhu. Disana dia melihat, sebagian air mengucur deras, dan sebagian lagi keluar setetes-setetes.

"Aku ingin tahu mengapa bisa begitu," orang itu bergumam pada dirinya sendiri.

Lalu Allah berbicara ditelinganya, begini, "Aliran air ini menggambarkan nasib manusia."

"Di manakah pancuranku, kalau begitu?" tanya orang itu.

"Yang ini," kata Allah, "dari mana air keluar setetes demi setetes."

Begitu Allah meninggalkannya, orang itu mengeluarkan sebuah jarum penggerek dan memasukkannya ke dalam mulut pancuran, bermaksud memperlebarnya. Ternyata dia justru menutupnya sama sekali, dan sungguh, setelah itu dia merasa bahwa keberuntungannya lenyap.

Orang itu yang pekerjaannya adalah menenun, bekerja dari hari ke hari dan berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Satu hari dia mendapat cukup uang untuk makan dan satu hari berikutnya tidak. Pada hari pancurannya tertutup, dia duduk di depan perangkat tenunnya dan menenun dengan giat, melemparkan puntalannya ke depan dan ke belakang. Saat melemparkannya dengan tangan kanan, dia berkata, "Dengan mataku aku melihatnya." Dan saat dia mengembalikan puntalan itu dengan tangan kirinya, dia berkata, "Dengan tanganku sendiri aku menghentikannya."

Nah,perkakas tenunannya berada dibawah bayang-bayang istana raja. Putri raja mendengarnya menyanyi, "Dengan mataku aku melihatnya dan dengan tanganku sendiri aku menghentikannya. Karena tidak mengetahui ceritanya, dia mengira bahwa orang itu tengah mengawasinya melakukan sesuatu yang mestinya tidak dilakukannya. Maka dia menyuruh dipotongkan seekor angsa, menyembunyikan tiga puluh dinar didalam perutnya, dan memeberikannya kepada si tukang tenun. Pria malang itu menganggap pemberian semacam itu terlalu berlebihan untuk orang melarat seperti dirinya, dan bahkan tanpa melihat isinya, dia menjualnya seharga dua dinar.

Lalu dia mendatangi perkakas tenunnya lagi, melanjutkan pekerjaannya. Minggu berikutnya putri raja memotong seekor angsa lagi, mengisinya dengan uang tiga puluh dinar, dan menyuruh pelayan untuk memberikannya kepadanya. Orang itu sama kerasnya dengan sebelumnya dan tidak dapat membiarkan dirinya makan masakan semewah itu. Maka dia menjualnya lagi, kali ini hanya seharga satu dinar.

Pada minggu ketiga ketika sang putri mengiriminya angsa lain yang diisi uang dinar, hadiah itu pun jatuh ke tangan lain. Dan sepanjang waktu itu orang tersebut terus bernyanyi, "Dengan mataku aku melihatnya dan dengan tanganku sendiri aku menghentikannya." Akhirnya, putri raja meminta ayahnya untuk melakukan sesuatu terhadap si tukang tenun. Maka dia dipanggil ke istana, dan raja memintanya untuk menjelaskan arti kata-katanya.

Tukang tenun menceritakan pengalaman sedihnya dari awal hingga akhir. Lalu raja menghiburnya dan berkata, "Allah telah meninggalkanmu, tapi aku akan menjadikanmu kaya." Dan dia memberinya sekantung penuh emas.

Dengan sangat senang, tukang tenun itu mengangkat kantung ke atas bahunya dan pergi. Namun, Allah membuatnya tersandung di ambang pintu. Dia terhuyung-huyung dan jatuh, kepalanya membentur batu, dan mati.

Lalu Allah mengucapkan kata-kata ini kepada raja : "Saat Aku membuatnya miskin, kamu ingin membuatnya kaya. Kini setelah Aku membunuhnya, dapatkah kamu menghidupkannya? Dimasa yang akan datang, setiap kali kamu mellihat sekerat daging di tangan seseorang, katakanlah, 'Dia pantas menerimanya,' dan jika kamu melihat seseorang berpakaian compang-camping mengemis, katakanlah, 'Dia tidak pantas menerima lebih dari ini. 

(Kisah-kisah Fantastis dari Negeri 1001 Malam, Inea Bushnaq) 

0 komentar:

Post a Comment

Artikel Terakhir